Obat Pengapuran Tulang
Pengapuran Tulang adalah….
Paket Penyembuhan..
Joint Formula + Klorofil + Noni Supreme
Pengapuran Tulang adalah….
Paket Penyembuhan..
Joint Formula + Klorofil + Noni Supreme
Tetap bugar dan sehat di usia senja merupakan dambaan setiap orang. Namun, kenyataannya berbagai penyakit degeneratif justru kerap menyerang seiring bertambahnya umur. Salah satunya adalah penyakit osteoartritis atau dikenal dengan pengapuran sendi.
Penyakit ini ternyata juga diderita Kurnialani Salim (51). Setiap kali hendak berdiri setelah duduk lama, ia merasa nyeri pada bagian lutut. Kadang lututnya berbunyi seperti mau patah. ”Kalau pergi ke mal bersama anak, saya lebih banyak duduk. Soalnya, kaki tidak kuat kalau jalan jauh,” ujar perempuan yang memimpin dua kantor cabang Bank Haga Jakarta ini.
”Menyetir mobil sendiri juga susah. Mobil saya kan tidak otomatis sehingga harus sering menggunakan kaki saat mengemudi,” tuturnya. Padahal setiap hari ia harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari kediamannya di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, menuju kantornya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Belum lagi kalau arus lalu-lintas padat.
Rutinitas
Kendati tetap bisa menjalankan rutinitas pekerjaan, rasa sakit itu jelas mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Apalagi sebagai eksekutif di dunia perbankan, ibu dari dua anak ini dituntut memiliki mobilitas tinggi. Selain harus mengelola manajemen perusahaan, ia juga aktif membina relasi dengan para nasabah bank tempat dia bekerja sejak 15 tahun lalu.
Hal serupa juga dialami Ny Tuti Sumarti (54) yang menderita osteoartritis sejak tahun 2003 silam. Saat itu ia tengah mencuci baju di rumahnya, di Kelapa Gading Timur, Pulo Gadung, Jakarta Utara. Tiba-tiba rasa nyeri menyerang pada pinggang hingga lutut ketika mengangkat ember berisi tumpukan baju yang habis dicucinya. Bahkan, ibu dari seorang putra ini sempat mengalami pembengkakan pada bagian lutut.
”Setiap kali naik tangga, rasa nyeri pada bagian lutut itu kambuh lagi. Kadang bagian tumit juga pegal,” kata ibu dari seorang anak ini. Padahal sebagai perawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, ia harus sering berjalan dan naik-turun tangga untuk melayani pasien dan mengurus administrasi kantor.
Ny Salihati Tulus (78), pensiunan Departemen Agama (Depag) juga mengalami osteoartritis sejak beberapa tahun silam yang diawali rasa lemas pada seluruh tubuhnya. Lambat laun lututnya pun terasa nyeri. Beberapa bagian tubuh yang lain juga mengalami hal serupa, di antaranya punggung. ”Semula bagian kanan yang sakit diikuti bagian kiri hingga saya sulit bersimpuh waktu shalat,” tuturnya.
Rasa nyeri itu kian terasa jika ia berjalan terlalu lama dan mengangkat beban berat. Jika rasa nyeri kambuh, ia sulit menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk shalat. ”Agar tidak terlalu capek, saya pakai alat bantu seperti mesin cuci. Apalagi di rumah saya hanya tinggal berdua dengan suami setelah anak-anak kami berumah tangga,” ujarnya.
Sebelum sakit yang diderita bertambah parah, Elsye memilih segera memeriksakan kesehatan ke seorang dokter di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Atas rekomendasi dokter tersebut, ia menjalani rontgen dan pemeriksaan darah untuk memastikan apa jenis penyakit yang dideritanya. ”Begitu terasa nyeri, saya segera ke dokter. Saya tidak mau terlambat memeriksakan kesehatan,” tutur Kurnialani yang akrab dipanggil Elsye ini.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ia mengalami pengapuran sendi. Menurut dokter, ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi, yakni dengan obat- obatan, suntikan, sampai pembedahan jika sampai terjadi patah tulang. ”Karena baru terjadi sedikit pengapuran sendi dan pembengkakan, saya dianjurkan mengonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri,” tuturnya.
Ia juga diminta menurunkan berat badan dan rutin menjalani terapi fisik. Selain mengikuti terapi fisik di Rumah Sakit Hermina, Jakarta, ia berlatih senam untuk penderita osteoartritis di sela-sela aktivitas sehari-hari. ”Setiap hari saya berlatih fisik untuk menguatkan otot dan persendian kaki baik di rumah maupun di kantor. Pokoknya, setiap ada waktu, saya pasti latihan sendiri,” ujarnya.
Gangguan
Hasilnya, dalam waktu dua bulan gangguan nyeri pada persendian kaki berangsur hilang. Ia pun kembali dapat bekerja optimal tanpa gangguan rasa nyeri. ”Tim medis yang menangani sampai heran, kok saya bisa cepat pulih dari rasa nyeri karena pengapuran sendi. Meskipun ada sedikit pembengkakan, saya tidak sampai disuntik untuk menyedot cairan,” kata Elsye.
Menurut dia, kunci sukses pengobatan bagi penderita osteoartritis adalah deteksi dini adanya gejala klinis penyakit itu dan kepatuhan pada anjuran tim medis. ”Jangan jadikan terapi fisik itu sebagai beban, tetapi jalani saja dengan santai. Buktinya saya masih bisa berlatih fisik sambil nonton televisi maupun di sela-sela aktivitas kantor,” tuturnya.
”Saya juga berusaha menurunkan berat badan karena itu salah satu faktor risiko terkena pengapuran sendi. Tapi, saya tidak mau berat badan turun drastis karena itu bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit pada lambung. Yang penting, menghindari makanan yang berkolesterol tinggi,” kata Elsye. Belakangan ia juga mencoba diet berdasarkan golongan darah.
Sementara itu, Ny Tuti mengaku harus menjalani penyedotan cairan pada lutut karena mengalami pengapuran yang menjadi penyebab pembengkakan pada lutut. Selain mengonsumsi obat, ia mengikuti senam rematik dan secara rutin menjalani terapi fisik di Unit Rehabilitasi Medik RSCM. ”Setiap hari saya juga melakukan senam di rumah,” ujarnya.
Ia juga menghindari melakukan aktivitas fisik yang menimbulkan rasa nyeri pada persendian, seperti naik tangga. ”Saya menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi maupun menimbulkan asam urat seperti daun melinjo, emping, dan daung singkong. Awalnya susah sekali karena saya sangat gemar makan lalapan segar,” ujarnya.
Ny Salihati bahkan sempat dirawat di rumah sakit karena didiagnosis mengalami infeksi. Sebagian giginya pun harus dicabut sehingga ia sulit makan. Belakangan, ia dinyatakan menderita pengapuran sendi. ”Saya memang tidak rutin ikut senam rematik dan terapi fisik. Tapi, saya pakai korset khusus untuk menyangga punggung dan tongkat sebagai alat bantu berjalan, serta menghindari kegiatan fisik berat,” tuturnya.
Pengapuran sendi (osteoartritis) kian banyak dialami masyarakat, terutama pada orang yang telah berusia lanjut. Karena itu, menurut spesialis penyakit Dr Yoga Kasjmir SpPD-KR dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), berbagai faktor risiko perlu sejak dini dikenali agar bisa melakukan tindak pencegahan penyakit itu.
Rawan sendi
Osteoartritis dimulai dari kerusakan tulang rawan sendi yang antara lain diikuti pertumbuhan osteofit, penebalan tulang subkondral, dan kerusakan ligamen. Pengapuran ini umumnya menyerang sendi penopang tubuh, seperti sendi lutut, panggul, dan sendi jari tangan. Jika tidak segera diobati, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan seluruh organ sendi hingga cacat.
Penderita osteoartritis mengalami gejala klinis antara lain, nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi, dan tulang berderik. Nyeri sendi merupakan keluhan awal pasien dan akan muncul setelah sendi yang terserang digunakan. Gangguan ini bertambah berat jika sendi digunakan berlebihan dan akan berkurang bila diistirahatkan. ”Jika bertambah parah, nyeri sendi juga muncul saat beristirahat,” katanya.
”Pengapuran sendi paling banyak didapatkan pada tulang belakang, lutut, tangan, dan kaki, serta otot sekitar sendi. Karena rawan sendi aneural, maka nyeri sendi pada osteoartritis berasal dari struktur di luar rawan sendi,” ujar Yoga. Makin bertambah usia, prevalensi penderita pengapuran sendi ini makin meningkat. Sejauh ini penyakit tersebut tidak pernah ditemukan pada anak dan jarang terjadi pada orang dewasa muda.
Faktor risiko yang menimbulkan pengapuran sendi antara lain, kegemukan (obesitas), mobilitas tinggi, densitas massa tulang, hormonal dan penyakit rematik kronik lainnya. Pada sejumlah penelitian terhadap lansia ditemukan, perempuan lebih sering terserang osteoartritis pada lutut, tangan dan kaki jika dibandingkan dengan pria. Sementara pria cenderung mengalami pengapuran sendi pada panggul.
”Selain faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi seperti hormonal dan usia, trauma dan pemakaian sendi berlebihan juga meningkatkan risiko terserang pengapuran tulang pada sendi,” kata Yoga.
Peranan beban mekanik berlebih pada sendi lutut dan panggul akan menimbulkan kerusakan tulang rawan sendi, kegagalan ligamen dan struktur lain untuk menopang badan.
Maka dari itu, pencegahan osteoartritis sebaiknya dimulai sejak dini dengan mengenali faktor risiko penyakit itu dan berlatih fisik secara teratur, seperti bersepeda, berenang, dan senam rematik untuk menguatkan otot quadriceps, dan menghindari penggunaan sendi berlebihan.
”Jika terkena osteoartritis, penderita sebaiknya segera berobat disertai terapi fisik secara berkala,” ujar Yoga.
Sumber : www.kompas.co.id
Jika jari terasa pegal, paling enak memang menarik jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika pinggang terasa pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal rasanya hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Karena menurut dokter spesialis tulang (orthopedik) RS Siaga, dr Lukman Shebubakar, jari-jari atau sendi kaki yang suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa seseorang menderita pengapuran pada sendi atau osteoarhritis.
“Berbeda dengan osteoporosis yang berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi,” kata dr Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini.
Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206 tulang dan 230 sendi. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
“Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini,” ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
“Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang belakang, tangan, dan kaki,” tuturnya.
Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. “Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi,” ucapnya.
Mengapa terjadi pengapuran?
Dr Lukman menjelaskan, sendi lutut merupakan sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel.
“Saat kita berlari, atau berolahraga, sendi harus dapat menahan beban putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat atau saat berlari. Hal itu menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan penting dalam setiap posisi atau gerakan tubuh,” katanya.
Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga komponen tulang. Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan tulang lutut (patella). Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang disebut dengan tulang rawan.
Tulang rawan berperan melapisi ujung tulang di persendian. Dengan adanya tulang rawan, ketiga tulang tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi menjadi mulus.
“Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada juga faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja infeksi, trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih,” katanya.
Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat disebabkan oleh bentuk sendi yang tidak normal.
Ia menyebutkan tindakan menekuk keluar (valgus), atau menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh tidak lagi berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau ke dalam. Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami pengapuran dibanding bagian yang tidak mendapat beban.
Kerusakan pada tulang rawan mengakibatkan gerakan tidak lagi mulus. Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama lain. Kerusakan tulang rawan merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi, dikenal dengan osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan tentu saja aktivitas terganggu.
Perlu diketahui bahwa selama ini ada di kalangan kalangan awam yang salah mengartikan pengapuran dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang, sedangkan osteartritis adalah kerusakan pada tulang rawan sendi (kartilago).
Untuk menentukan ada tidaknya pengapuran pada sendi, selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui kondisi sendi lutut dan memperkirakan derajat kerusakan.
Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan lunak, semisal pada ligamen (urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka akan dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan itu dapat menemukan adannya robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot, tendon atau ligamen. Penyebab kerusakan beragam diantaranya trauma atau infeksi.
Tentang pengobatan, dr Lukman menyebutkan ada beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS), seminal asam mefenamat,ibuprofen, piroksikam dapat digunakan.
“Efek samping obat jenis ini, terjadi gangguan lambung. Selain itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan langsung ke kulit. Berbentuk jel atau spray disemprotkan langsung di daerah kulit sekitar lutut,” katanya.
Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2 inhibitor. Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding dengan obat AINS biasa. Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko jantung dan stroke. Sehingga penggunaanya pada penderita yang memiliki serangan jantung atau stroke perlu diwaspadai.
Jika pengobatan kurang mendapatkan hasil, dianjurkan bagi penderita untuk melakukan fisioterapi. Latihan dapat dilakukan dengan bantuan ahli fisioterapi,untuk mendapatkan gerak yang normal pada lutut, dan menghilangkan nyeri. Latihan yang dapat meningkatkan kemampuan otot di sekitar lutut, sehingga lebih stabil dan posisi tubuh seimbang.
Terapi lain adalah dengan menyuntikan langsung obat ke sendi lutut untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat bertahan hingga beberapa bulan. Dokter akan mempertimbangkan masak-masak sebelum melakukan tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi.
Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. “Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain. Selain itu dukungan psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat,” ujarnya.
Ditambahkan, selain itu pentingnya seseorang mempertimbangkan kegiatan dengan kekuatan sendi yang sesuai dengan umur.
“Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini,” terangnya.
Sumber : http://www.dechacare.com