Obat Pengapuran Tulang

Pengapuran Tulang adalah….

Paket Penyembuhan..

Joint Formula + Klorofil + Noni Supreme

Osteoarthritis (pengapuran) Atau Osteoporosis (tulang keropos) ?

Kedua istilah tersebut maupun gejala penyakitnya seringkali dicampuradukkan. Keduanya memang sama-sama mengacu pada penyakit tulang, sama-sama sering dijumpai pada kaum wanita usia > 50 tahun (atau post menopause) serta sama-sama merupakan penyakit menahun yang sulit untuk disembuhkan seperti sediakala. Lalu kalau pinggang atau lutut Anda sering sakit apakah itu gejala pengapuran atau tulang keropos, atau bisa jadi dua-duanya ?

Osteoarthritis (OA) atau dikenal sebagai pengapuran adalah suatu penyakit tulang yang menggambarkan kerusakan pada tulang rawan sendi, jadi karena proses kerusakannya di sini terjadi pada rawan sendi pastilah kelainan dan nyeri yang dijumpai umumnya terjadi pada sendi-sendi tubuh. Sesuai namanya, di sini terjadi penumpukan zat kapur atau kalsium pada lokasi tulang rawan yang merupakan engsel dari sendi kita. Jadi istilahnya persendian kita aus ditandai dengan rawannya yang rusak dan kemudian kerusakan itu secara alamiah ditutupi tubuh dengan menimbun kalsium di situ. Sialnya kalsium yang tertimbun itu merupakan zat yang keras, tidak seluwes si rawan sendi, dan juga bentuknya terkadang tajam-tajam tak beraturan sehingga yang terjadi kemudian adalah nyeri saat sendi digerakkan. Selain itu celah antar sendi menyempit sehingga membatasi gerakan sendi dan menimbulkan kekakuan.

Lain lagi ceritanya tentang osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos atau kopong. Pada osteoporosis massa yang membentuk tulang sudah berkurang, sehingga tulang dapat dikatakan kopong. Struktur pengisi tulang antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium, berfungsi bagaikan semen cor-an nya tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat menahan benturan ringan sekalipun yang mengenainya, resikonya patah tulang gampang terjadi. Sebagai perbandingan, apabila saya terpeleset di kamar mandi dan pinggul saya menghantam lantai, mungkin yang terjadi kemudian adalah daerah sekitar situ bengkak dan sakit, namun tulangnya tak apa-apa karena massa tulang saya masih oke. Tapi jika yang mengalami hal itu adalah penderita osteoporosis, maka tak anyal lagi terjadi patah tulang setempat, dan hal itu dinamakan fraktur patologis.

Di luar dari mudahnya tulang yang keropos itu mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak bergejala sama sekali, silent disease. Jadi jika dengkul maupun punggung Anda seringkali kaku dan nyeri, yang lebih rasional untuk dicurigai adalah si OA (pengapuran) bukannya si osteoporosis. Keduanya memang dekat dengan wanita usia post menopause dikarenakan proses metabolisme di tulang memang membutuhkan pengaruh dari hormone estrogen yang lazimnya menurun saat wanita post menopause. Selain itu OA (pengapuran) sendi dipicu pula dengan berbagai trauma menahun pada sendi tersebut seperti misalnya over use saat olahraga (misalnya banyak menimpa para pesenam) maupun jenis trauma minor sekalipun seperti sering nyeletek-nyeletekin jari. Trauma menahun pada sendi akan membuat rawannya mudah aus akibatnya akan terjadi penumpukan kalsium disana (osteofit).

Osteoporosis selain bergantung pada fungsi hormone estrogen juga ditengarai berkaitan dengan stok kalsium yang kurang pada tubuh, misalnya jarang minum susu. Namun yang penting untuk diketahui, puncak massa tulang kita sudah menurun saat kita mulai masuk usia kepala tiga, artinya kita harus sudah memulai menimbun kalsium sejak kita usia pertengahan untuk menjamin saat tua nanti tulang kita masih cukup padat.

Jadi apabila sudah mengalami osteoporosis dan baru memulai minum suplemen tinggi kalsium maupun susu tinggi kalsium, hal tersebut tidak akan banyak faedahnya. Selain pada susu, kalsium yang tinggi juga dapat dijumpai pada ikan-ikan kecil seperti ikan teri. Kalsium dari alamiah memang lebih dianjurkan, sementara suplemen kalsium dosis tinggi dapat menimbulkan beberapa masalah seperti terbentuknya batu saluran kemih serta adanya isu peningkatan risiko stroke dan serangan jantung yang menyertai para wanita usia lanjut yang mengkonsumsi suplemen kalsium secara rutin (sesuai laporan research di Auckland, New Zealand baru-baru ini).

Bagaimana mendeteksi OA maupun osteoporosis?

Mendeteksi OA relatif lebih gampang karena penyakit ini akan menimbulkan kekakuan dan nyeri pada sendi-sendi tertentu, terutama sendi-sendi jari, lutut dan tulang punggung. Yang tersering dewasa ini adalah sendi lutut, karena sesuai dengan proses terbentuknya OA pada sendi yaitu sendi lutut lah yang paling sering mendapatkan trauma menahun, terutama pada mereka yang gemuk. Dengan foto roentgen konvensional kita sudah dapat mendiagnosa adanya OA serta derajadnya. Pada foto akan didapatkan adanya penyempitan celah sendi dengan tepinya yang tak rata dan adanya osteofit (bangunan runcing-runcing). Apabila OA sudah tergolong derajat 3 atau 4 (dua derajad akhir), umumnya sendi tak dapat diselamatkan lagi dengan berbagai obat-obatan. Ortoped (dokter tulang) umumnya akan menganjurkan lutut demikian di reparasi seluruhnya dan digantikan dengan bahan metal buatan, suatu operasi yang dikenal sebagai Total Knee Replacement.

Osteoporosis umumnya tak bergejala dan penilaiannya tak cukup dari hasil roentgen konvensional. Perlu suatu alat khusus yang dinamakan bone densitometri untuk dapat menilai kepadatan massa tulang. Dengan demikian tulang Anda dapat dideteksi sebagai tulang dengan massa yang masih baik, osteopenia (mulai menurun kepadatan massanya) atau malah sudah osteoporosis (keropos). Berbeda dengan OA yang ujung-ujungnya berupa tindakan bedah, pada osteoporosis kita masih mengandalkan berbagai obat-obatan, kecuali jika sudah terjadi fraktur patologis. Obat yang menjadi andalan baru untuk mengatasi osteoporosis adalah bisfosfonat. Sebaiknya bagi Anda yang terutama wanita dan berusia 50 tahun ke atas saya anjurkan sekali waktu perlu menilai bone densitometri tulang Anda dan konsultasi kepada ahlinya diperlukan sebelum fraktur patologis terjadi.

Ketika Pengapuran Sendi Mengintai di Usia Senja

Tetap bugar dan sehat di usia senja merupakan dambaan setiap orang. Namun, kenyataannya berbagai penyakit degeneratif justru kerap menyerang seiring bertambahnya umur. Salah satunya adalah penyakit osteoartritis atau dikenal dengan pengapuran sendi.

Penyakit ini ternyata juga diderita Kurnialani Salim (51). Setiap kali hendak berdiri setelah duduk lama, ia merasa nyeri pada bagian lutut. Kadang lututnya berbunyi seperti mau patah. ”Kalau pergi ke mal bersama anak, saya lebih banyak duduk. Soalnya, kaki tidak kuat kalau jalan jauh,” ujar perempuan yang memimpin dua kantor cabang Bank Haga Jakarta ini.

”Menyetir mobil sendiri juga susah. Mobil saya kan tidak otomatis sehingga harus sering menggunakan kaki saat mengemudi,” tuturnya. Padahal setiap hari ia harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari kediamannya di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, menuju kantornya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Belum lagi kalau arus lalu-lintas padat.

Rutinitas

Kendati tetap bisa menjalankan rutinitas pekerjaan, rasa sakit itu jelas mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Apalagi sebagai eksekutif di dunia perbankan, ibu dari dua anak ini dituntut memiliki mobilitas tinggi. Selain harus mengelola manajemen perusahaan, ia juga aktif membina relasi dengan para nasabah bank tempat dia bekerja sejak 15 tahun lalu.

Hal serupa juga dialami Ny Tuti Sumarti (54) yang menderita osteoartritis sejak tahun 2003 silam. Saat itu ia tengah mencuci baju di rumahnya, di Kelapa Gading Timur, Pulo Gadung, Jakarta Utara. Tiba-tiba rasa nyeri menyerang pada pinggang hingga lutut ketika mengangkat ember berisi tumpukan baju yang habis dicucinya. Bahkan, ibu dari seorang putra ini sempat mengalami pembengkakan pada bagian lutut.

”Setiap kali naik tangga, rasa nyeri pada bagian lutut itu kambuh lagi. Kadang bagian tumit juga pegal,” kata ibu dari seorang anak ini. Padahal sebagai perawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, ia harus sering berjalan dan naik-turun tangga untuk melayani pasien dan mengurus administrasi kantor.

Ny Salihati Tulus (78), pensiunan Departemen Agama (Depag) juga mengalami osteoartritis sejak beberapa tahun silam yang diawali rasa lemas pada seluruh tubuhnya. Lambat laun lututnya pun terasa nyeri. Beberapa bagian tubuh yang lain juga mengalami hal serupa, di antaranya punggung. ”Semula bagian kanan yang sakit diikuti bagian kiri hingga saya sulit bersimpuh waktu shalat,” tuturnya.

Rasa nyeri itu kian terasa jika ia berjalan terlalu lama dan mengangkat beban berat. Jika rasa nyeri kambuh, ia sulit menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk shalat. ”Agar tidak terlalu capek, saya pakai alat bantu seperti mesin cuci. Apalagi di rumah saya hanya tinggal berdua dengan suami setelah anak-anak kami berumah tangga,” ujarnya.

Sebelum sakit yang diderita bertambah parah, Elsye memilih segera memeriksakan kesehatan ke seorang dokter di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Atas rekomendasi dokter tersebut, ia menjalani rontgen dan pemeriksaan darah untuk memastikan apa jenis penyakit yang dideritanya. ”Begitu terasa nyeri, saya segera ke dokter. Saya tidak mau terlambat memeriksakan kesehatan,” tutur Kurnialani yang akrab dipanggil Elsye ini.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ia mengalami pengapuran sendi. Menurut dokter, ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi, yakni dengan obat- obatan, suntikan, sampai pembedahan jika sampai terjadi patah tulang. ”Karena baru terjadi sedikit pengapuran sendi dan pembengkakan, saya dianjurkan mengonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri,” tuturnya.

Ia juga diminta menurunkan berat badan dan rutin menjalani terapi fisik. Selain mengikuti terapi fisik di Rumah Sakit Hermina, Jakarta, ia berlatih senam untuk penderita osteoartritis di sela-sela aktivitas sehari-hari. ”Setiap hari saya berlatih fisik untuk menguatkan otot dan persendian kaki baik di rumah maupun di kantor. Pokoknya, setiap ada waktu, saya pasti latihan sendiri,” ujarnya.

Gangguan

Hasilnya, dalam waktu dua bulan gangguan nyeri pada persendian kaki berangsur hilang. Ia pun kembali dapat bekerja optimal tanpa gangguan rasa nyeri. ”Tim medis yang menangani sampai heran, kok saya bisa cepat pulih dari rasa nyeri karena pengapuran sendi. Meskipun ada sedikit pembengkakan, saya tidak sampai disuntik untuk menyedot cairan,” kata Elsye.

Menurut dia, kunci sukses pengobatan bagi penderita osteoartritis adalah deteksi dini adanya gejala klinis penyakit itu dan kepatuhan pada anjuran tim medis. ”Jangan jadikan terapi fisik itu sebagai beban, tetapi jalani saja dengan santai. Buktinya saya masih bisa berlatih fisik sambil nonton televisi maupun di sela-sela aktivitas kantor,” tuturnya.

”Saya juga berusaha menurunkan berat badan karena itu salah satu faktor risiko terkena pengapuran sendi. Tapi, saya tidak mau berat badan turun drastis karena itu bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit pada lambung. Yang penting, menghindari makanan yang berkolesterol tinggi,” kata Elsye. Belakangan ia juga mencoba diet berdasarkan golongan darah.

Sementara itu, Ny Tuti mengaku harus menjalani penyedotan cairan pada lutut karena mengalami pengapuran yang menjadi penyebab pembengkakan pada lutut. Selain mengonsumsi obat, ia mengikuti senam rematik dan secara rutin menjalani terapi fisik di Unit Rehabilitasi Medik RSCM. ”Setiap hari saya juga melakukan senam di rumah,” ujarnya.

Ia juga menghindari melakukan aktivitas fisik yang menimbulkan rasa nyeri pada persendian, seperti naik tangga. ”Saya menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi maupun menimbulkan asam urat seperti daun melinjo, emping, dan daung singkong. Awalnya susah sekali karena saya sangat gemar makan lalapan segar,” ujarnya.

Ny Salihati bahkan sempat dirawat di rumah sakit karena didiagnosis mengalami infeksi. Sebagian giginya pun harus dicabut sehingga ia sulit makan. Belakangan, ia dinyatakan menderita pengapuran sendi. ”Saya memang tidak rutin ikut senam rematik dan terapi fisik. Tapi, saya pakai korset khusus untuk menyangga punggung dan tongkat sebagai alat bantu berjalan, serta menghindari kegiatan fisik berat,” tuturnya.

Pengapuran sendi (osteoartritis) kian banyak dialami masyarakat, terutama pada orang yang telah berusia lanjut. Karena itu, menurut spesialis penyakit Dr Yoga Kasjmir SpPD-KR dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), berbagai faktor risiko perlu sejak dini dikenali agar bisa melakukan tindak pencegahan penyakit itu.

Rawan sendi

Osteoartritis dimulai dari kerusakan tulang rawan sendi yang antara lain diikuti pertumbuhan osteofit, penebalan tulang subkondral, dan kerusakan ligamen. Pengapuran ini umumnya menyerang sendi penopang tubuh, seperti sendi lutut, panggul, dan sendi jari tangan. Jika tidak segera diobati, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan seluruh organ sendi hingga cacat.

Penderita osteoartritis mengalami gejala klinis antara lain, nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi, dan tulang berderik. Nyeri sendi merupakan keluhan awal pasien dan akan muncul setelah sendi yang terserang digunakan. Gangguan ini bertambah berat jika sendi digunakan berlebihan dan akan berkurang bila diistirahatkan. ”Jika bertambah parah, nyeri sendi juga muncul saat beristirahat,” katanya.

”Pengapuran sendi paling banyak didapatkan pada tulang belakang, lutut, tangan, dan kaki, serta otot sekitar sendi. Karena rawan sendi aneural, maka nyeri sendi pada osteoartritis berasal dari struktur di luar rawan sendi,” ujar Yoga. Makin bertambah usia, prevalensi penderita pengapuran sendi ini makin meningkat. Sejauh ini penyakit tersebut tidak pernah ditemukan pada anak dan jarang terjadi pada orang dewasa muda.

Faktor risiko yang menimbulkan pengapuran sendi antara lain, kegemukan (obesitas), mobilitas tinggi, densitas massa tulang, hormonal dan penyakit rematik kronik lainnya. Pada sejumlah penelitian terhadap lansia ditemukan, perempuan lebih sering terserang osteoartritis pada lutut, tangan dan kaki jika dibandingkan dengan pria. Sementara pria cenderung mengalami pengapuran sendi pada panggul.

”Selain faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi seperti hormonal dan usia, trauma dan pemakaian sendi berlebihan juga meningkatkan risiko terserang pengapuran tulang pada sendi,” kata Yoga.

Peranan beban mekanik berlebih pada sendi lutut dan panggul akan menimbulkan kerusakan tulang rawan sendi, kegagalan ligamen dan struktur lain untuk menopang badan.

Maka dari itu, pencegahan osteoartritis sebaiknya dimulai sejak dini dengan mengenali faktor risiko penyakit itu dan berlatih fisik secara teratur, seperti bersepeda, berenang, dan senam rematik untuk menguatkan otot quadriceps, dan menghindari penggunaan sendi berlebihan.

”Jika terkena osteoartritis, penderita sebaiknya segera berobat disertai terapi fisik secara berkala,” ujar Yoga.

Sumber : www.kompas.co.id

Haruskah Menghentikan Aktivitas Jika Terkena Radang Sendi?

Dari sebuah survey nasional di AS tahun 2002, diketahui bahwa radang sendi telah menghambat produktivitas sekitar 7 juta orang karena mereka sulit melaksanakan pekerjaan dengan maksimal (berdasarkan jurnal Arthitis & Rheumatism, Maret 2007).

Radang sendi (arthritis), yang sering pula disebut sebagai rematik, banyak diderita orang lanjut usia. Arthritis disebabkan oleh peradangan jaringan yang melapisi sendi. Tanda-tandanya berupa kemerahan, pembengkakan, rasa panas dan sakit pada anggota tubuh. Sebuah studi di Tufts-New England Medical Center, Boston, AS, mengatakan rasa sakit pada penderita arthritis memburuk pada saat cuaca dingin / hari hujan. Dua jenis arthritis yang paling banyak diderita adalah osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.

Osteoarthritis berkaitan dengan usia tua, cedera, atau kelebihan berat badan. Bagian tubuh yang rentan terkena osteoarthritis adalah tangan, lengan, lutut, dan pinggul. Jika pembengkakan terjadi pada lutut (paling sering terjadi), gejala yang diderita adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kaku sehingga penderita sulit berjalan, naik tangga, dan bangkit dari duduk. Jika osteoarthritis menyerang pinggul, penderita akan kesulitan untuk melakuakan gerakan melipat tubuh, seperti memakai sepatu, dan celana.

Rheumatoid arthritis umumnya menyerang mereka yang berusia muda dan menyerang mata, mulut, paru-paru, pergelangan, dan jari-jari. Rheumatoid arthritis lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Terjadi akibat system imun tubuh menyerang jaringan persendian, sehingga timbul rasa sakit dan peradangan. Penderita yang mengalaminya merasa mudah lelah, tidak enak badan, dan mengalami demam.

Perbaiki pola makan untuk memperkaya asupan antioksidan termasuk salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membuat diri Anda lebih baik. Istirahatkan bagian yang sakit dan kompres dengan air hangat, lakukan olahraga peregangan ringan, mandi air panas. Jaga berat badan ideal karena tubuh gemuk dapat lebih membebani area tubuh yang sakit. Obat-obatan bebas seperti asetaminofen dan ibuprofen dapat membantu meredakan sakit dan pembengkakan.

Sumber : http://www.dechacare.com

Waspadai Pengapuran pada Sendi

Jika jari terasa pegal, paling enak memang menarik jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika pinggang terasa pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal rasanya hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?

Karena menurut dokter spesialis tulang (orthopedik) RS Siaga, dr Lukman Shebubakar, jari-jari atau sendi kaki yang suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa seseorang menderita pengapuran pada sendi atau osteoarhritis.

“Berbeda dengan osteoporosis yang berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi,” kata dr Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini.

Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206 tulang dan 230 sendi. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.

“Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini,” ujarnya.

Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.

“Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang belakang, tangan, dan kaki,” tuturnya.

Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.

Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. “Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi,” ucapnya.

Mengapa terjadi pengapuran?

Dr Lukman menjelaskan, sendi lutut merupakan sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel.

“Saat kita berlari, atau berolahraga, sendi harus dapat menahan beban putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat atau saat berlari. Hal itu menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan penting dalam setiap posisi atau gerakan tubuh,” katanya.

Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga komponen tulang. Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan tulang lutut (patella). Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang disebut dengan tulang rawan.

Tulang rawan berperan melapisi ujung tulang di persendian. Dengan adanya tulang rawan, ketiga tulang tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi menjadi mulus.

“Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada juga faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja infeksi, trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih,” katanya.

Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat disebabkan oleh bentuk sendi yang tidak normal.

Ia menyebutkan tindakan menekuk keluar (valgus), atau menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh tidak lagi berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau ke dalam. Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami pengapuran dibanding bagian yang tidak mendapat beban.

Kerusakan pada tulang rawan mengakibatkan gerakan tidak lagi mulus. Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama lain. Kerusakan tulang rawan merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi, dikenal dengan osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan tentu saja aktivitas terganggu.

Perlu diketahui bahwa selama ini ada di kalangan kalangan awam yang salah mengartikan pengapuran dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang, sedangkan osteartritis adalah kerusakan pada tulang rawan sendi (kartilago).

Untuk menentukan ada tidaknya pengapuran pada sendi, selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui kondisi sendi lutut dan memperkirakan derajat kerusakan.

Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan lunak, semisal pada ligamen (urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka akan dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Pemeriksaan itu dapat menemukan adannya robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot, tendon atau ligamen. Penyebab kerusakan beragam diantaranya trauma atau infeksi.

Tentang pengobatan, dr Lukman menyebutkan ada beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS), seminal asam mefenamat,ibuprofen, piroksikam dapat digunakan.

“Efek samping obat jenis ini, terjadi gangguan lambung. Selain itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan langsung ke kulit. Berbentuk jel atau spray disemprotkan langsung di daerah kulit sekitar lutut,” katanya.

Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2 inhibitor. Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding dengan obat AINS biasa. Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko jantung dan stroke. Sehingga penggunaanya pada penderita yang memiliki serangan jantung atau stroke perlu diwaspadai.

Jika pengobatan kurang mendapatkan hasil, dianjurkan bagi penderita untuk melakukan fisioterapi. Latihan dapat dilakukan dengan bantuan ahli fisioterapi,untuk mendapatkan gerak yang normal pada lutut, dan menghilangkan nyeri. Latihan yang dapat meningkatkan kemampuan otot di sekitar lutut, sehingga lebih stabil dan posisi tubuh seimbang.

Terapi lain adalah dengan menyuntikan langsung obat ke sendi lutut untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat bertahan hingga beberapa bulan. Dokter akan mempertimbangkan masak-masak sebelum melakukan tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi.

Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. “Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain. Selain itu dukungan psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat,” ujarnya.

Ditambahkan, selain itu pentingnya seseorang mempertimbangkan kegiatan dengan kekuatan sendi yang sesuai dengan umur.

“Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini,” terangnya.

Sumber : http://www.dechacare.com

Glucosamine selain menurunkan nyeri, juga memperbaiki fungsi gerak lutut pada pasien Osteoarthritis yang mengalami degenerasi tulang rawan

Berikut laporan studi terbaru dari glucosamine dan manfaatnya terhadap kasus osteoarthritis, penilaian dilihat dari sisi radiologis.
Tulang rawan normal dan tulang rawan yang mengalami degenerasi memiliki perbedaan gambaran dari resonansi magnetik (MRI =magnetic resonance imaging) yaitu dalam hal permeabilitas kapilernya dan pertukaran volume intersel. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa terapi glucosamine mampu memperbaiki proses neovaskular yang abnormal pada pasien dengan osteoarthritis.

Referensi:

  1. Bonmati,LM. Glucosaminee sulfate effect on the degenerated patellar cartilage: preliminary findings by pharmacokinetic magnetic resonance modelling. Eur Radiol. 2009 Feb 13. [Epub ahead of print]
  2. Gould, D. et al. Visual AnalogueScale. J Clin Nurs 2001; 10:697-706
  3. Liow,RYL. The reliability of the American Knee Society Score. Acta Orthop Scand 2000; 71 (6): 603–8

Sumber : http://www.hexpharmjaya.com

Gangguan Sendi, Tak Mesti Melanda Orang Tua

Gangguan persendian memang cukup mengganggu. Apalagi ada 200 ratus jenis klasifikasi yang menyangkut gangguan pada sendi dan jumlah persendian pada tiap manusia tak kurang dari 143 permukaan persendian. Di Indonesia, penderita penyakit rematik atau osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit keropos tulang atau osteoporosis.

Selain memang terjadi pada orang usia pertengahan, ada beberapa faktor risiko lain yang pegang peranan dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya osteoartritis, seperti kegemukan, aktivitas fisik yang berlebihan dan cedera sendi akibat terjatuh atau berolahraga.

Orang awam memang sering menyebut rematik ketimbang osteoartritis. Penyebab dari penyakit ini adalah pemburukan jaringan tulang rawan pelindung yang menutupi bagian ujung dari tulang, pada daerah persendian. Selain itu, daerah ujung tulang pun biasanya ikut terlibat. Biasanya rematik ini sering dijumpai pada daerah sekitar pinggul, kaki, tulang punggung, lutut dan jari.

Rematik tidak selalu berhubungan dengan usia lanjut. Setiap orang dan hampir semua usia dapat menderita reumatik. Bahkan jenis reumatik yang berat sering menyerang usia dewasa muda. Umumnya, reumatik sering menyerang laki-laki dibandingkan dengan wanita. Namun setelah mengalami menopause, risiko penyakit ini meningkat tajam terhadap wanita.

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus atau cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak turun ke sendi dan struktur lain dalam tubuh sehingga menimbulkan rasa sakit. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan timbunan kristal monosodium urat monohidrat (MSU) atau dikenal sebagai asam urat di persendian. Penyakit ini disebabkan salah satunya karena banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar purinnya, antara lain, daging dan olahan seperti, paru, otak, udang, kerang, dan kepiting, jeroan (hati, ginjal, limpa, babat, dan usus), kacang-kacangan (kacang tanah, kacang kedelai, melinjo dan emping, bayam, buncis, kembang kol, asparagus, durian, alpukat, nanas, dan air kelapa, karena makanan ini di dalam usus mengalami fermentasi.

Osteoartritis ditandai dengan keluhan seperti, nyeri sendi, pembengkakan sendiri, kaku, benjolan tulang pada sendi jari, nyeri pada perubahan cuaca. Ada tiga golongan gangguan sendi, antara lain, osteoartritis yang terjadi pada sendi besar seperti lutut, dan menipiskan lapisan sendi. Ini biasa menyerang orang pada usia pertengahan dan usia tua seperti yang terjadi pada 21 juta orang penderita osteoartritis di AS. Yang kedua, rheumatoid arthritis yakni bentuknya peradangan yang dapat menghancurkan lapisan rawan sendi. Ini terjadi pada semua tingkat usia dan menyerang sendi secara simetris. Ketiga, post trauma arthritis yakni, trauma pada sendi yang dapat menimbulkan gejala lama.

Menurut Dr Gede Saputra, adalah salah bila dokter menyatakan gangguan sendiri hanya karena proses seseorang menjadi tua dan solusinya hanya memerlukan istirahat cukup. Karena ada beberapa penatalaksanaan umum yang bisa dilakukan selain mengurangi stres pada sendi, mengupayakan berat badan ideal, obat steroid atau non steroid anti inflamasi, penghilang rasa sakit, melakukan latihan sesuai anjuran ahli fisioterapi, terapi dengan mandi air panas atau kompres dingin dan tindakan operasi.

Seorang ibu berusia 65 tahun mengungkapkan kesaksiannya di acara yang diadakan Forever Freedom belum lama ini. Ia bilang, dokter sudah memvonis bahwa ia menderita pengapuran dan tak bisa disembuhkan. “Bila ke kamar mandi, saya tidak bisa duduk jongkok tanpa berpegangan,” kisahnya. Namun setelah ia mengkonsumsi obat dengan bahan utama aloe vera barbadensis miller (daun lidah buaya), glucosamine sulfat, chondroitin sulfat , methyl sulfonyl methane, vitamin C dan antioksidan tambahan, ia mengaku, fisiknya menjadi lebih baik.

Selain itu, ada obat penghilang rasa sakit lain yang juga dianjurkan The European Leaque Against Rheumatism (EULAR) bagi penanganan osteoartritis lutut yakni, parasetamol-asetaminofen. Mereka menyatakan, kandungan ini merupakan analgesik oral yang dicoba terdahulu dan, jika berhasil, merupakan analgesik oral jangka panjang. Selain itu,

American College of Rheumatology (ACR) mendukung pengujian obat ini sebagai terapi permulaan berdasarkan keseluruhan profil biaya, kemanjuran dan daya peracunannya.

Belakangan setelah dilakukan survei, didapat bukti penggunaan parasetamol-asetaminofen dalam penanganan osteaoartritis bukan didasarkan pada kehebatan yang dapat diperoleh, tetapi dari kemanjuran, keamanan, tolerabilitas saluran cerna dan biaya secara keseluruhan yang merupakan alasan yang baik untuk dimulainya penanganan osteoartritis. evieta fadjar

Sumber : KoranTempo

Nyeri pada lutut perlu diwaspadai pada orang tua

Hampir semua orang tua pernah mengalami nyeri lutut, karena lutut merupakan salah satu sendi utama pemikul berat badan dan banyak mengalami keausan dan regangan pada setiap orang dengan tingkat aktivitas sedang. Tetapi resiko aus dan cedera semakin besar; bila pekerjaan seseorang banyak melibatkan sendi lutut seperti banyak berjongkok. Osteoarthritis terjadi akibat keausan dan robekan pada lutut, bisa menimbulkan gejala nyeri lutut, bila usia Anda diatas 50 tahun. Yang biasa terkena orang tua.

Oleh sebab itu nyeri lutut pada orang tua perlu diwaspadai terjadinya osteoarthritis. Osteoarthritis menyebabkan gerakan terasa nyeri dan kaku pada persendian, biasanya mengenai sendi-sendi penopang tubuh, seperti lutut, pinggul dan tulang belakang. Apabila ditambah dengan kegemukan dapat menyebabkan orang tua tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Osteoarthritis yang menyerang lutut menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sendi terutama saat akan berdiri dan berjalan setelah duduk lama.

Osteoarthritis terjadi akibat kartilago atau jaringan tulang yang ada dipersendian rusak sehingga timbul nyeri. Fungsi kartilago/ tulang rawan yang ada dipersendian sebagai bantalan untuk menahan gerakan.

Supaya tulang dan persendian tetap kuat dan sehat, unsur yang berperan adalah cairan sendi untuk pelumas dan nutrisi proteoglycan sebagai molekul penyimpan air dan collagen sebagai penjaga kestabilan molekul proteoglycan. Tetap pada saat usia semakin tua, produksi proteoglycan dan collagen dalam tubuh menjadi berkurang, akibatnya lapisan pelindung sendi menjadi semakin tipis, yang menyebabkan tulang dan persendian kaku. Oleh sebab itu jangan sepelekan nyeri lutut pada orang tua, tapi perlu diwaspadai terjadinya osteoathritis. Bila dibiarkan, akan terjadi kerusakan pada sendi lutut sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan tindakan operasi yaitu dengan melakukan penggantian sendi lutut.

Untuk mencegah dan mengatasi nyeri lutut pada orang tua, hal – hal yang perlu diperhatikan :

·       Turunkan berat badan bila kegemukan

·       Hindari kegiatan tertentu apabila sendi terasa nyeri

·       Konsumsi suplemen yang mengandung glucosamine, chondroitin dan MSM secara teratur, karena telah terbukti dapat mengurangi gejala – gejala yang timbul akibat osteoathritis dan membantu pembentukan lapisan pelindung bagi persendian dan tulang menjadi elastis kembali, cara kerjanya :

1.    Glucosamine berperan penting pada tulang dan persendian karena glucosamine membantu memacu proteoglycans dan collagen yang berfungsi memperbaiki struktur pembentukan tulanng dan sendi, sehingga elastis kembali.

2.    Chondroitin membantu glucosamine bekerja lebih efeksif yang berfungsi sebagai magnet penarik air, untuk pembentukan proteoglycans dan membentuk lapisan pelindung pada persendian sehingga tulang tidak mudah rusak

3.    MSM ( Methyl Sulfonyl Methane ) membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan .

Sumber : http://www.galenium.com

Nyeri Sendi Pasca Menopause

Menopause adalah proses berhentinya menstruasi akibat berkurangnya produksi hormon estrogen pada wanita. Beberapa proses dan kerja organ tubuh pun turut berubah. Tidak jarang menopause juga menimbulkan gangguan-gangguan kesehatan. Diantaranya adalah; insomnia (susah tidur), gout, gangguan fungsi seksual, berkeringat di malam hari, semburat panas, serta gangguan kesehatan bahkan penyakit yang menyerang diam-diam yakni osteoporosis dan osteoarthritis.

Gout
Gout adalah gangguan kesehatan akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah. Gejalanya tidak terlihat karena serangannya mendadak. Endapan kristal monosodium pada sendi menyebabkan penderita merasakan nyeri luar biasa pada sendi. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria karena kadar asam urat dalam tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Sedangkan pada wanita, gout menyerang setelah usia menopause sebab, kadar asam urat dalam darah wanita meningkat pada fase ini. Gout biasanya terjadi di malam hari. Serangannya ditandai dengan peradangan sendi.

Osteoarthritis
Seiring dengan bertambahnya usia, kartilago di daerah persendian semakin menipis. Sendi menjadi kaku dan sering terasa nyeri ketika tulang bergesekan. Inilah yang dinamakan osteoarthritis. Memang, osteoarthritis belum sepopuler osteoporosis atau pengeroposan tulang. Bahkan tidak jarang segala gangguan pada tulang diasosiasikan dengan osteoporosis, sekalipun gangguan yang dirasakan terdapat pada sendi-sendi bukan kekeroposan tulang. Osteoarthritis tidak kalah berbahayanya dengan osteoporosis karena, keluhan jangka panjangnya adalah kerusakan tulang rawan pada sendi

Umumnya Osteoarthritis ditemukan pada usia lanjut, 50 tahun ke atas. Faktor umur, jenis kelamin, ras dan keturunan menjadi penyebab penyakit tulang ini. Gejala osteoarthritis yang tidak ditangani segera menyebabkan cacat permanen pada tulang. Bentuk tulang bisa berubah, bahkan bisa menjadi bengkok.

Bila terjadi di lutut, nyeri akan terasa di lutut. Tak jarang, ditemukan pula tanda peradangan seperti; bengkak, panas, kemerahan, dan nyeri saat menggerakkan lutut. Untuk mengurangi rasa sakit, sendi harus diistirahatkan atau dikompres dengan es.

Osteoporosis
Penyakit ini sudah sangat dikenal. Istilah osteoporosis berasal dari Bahasa Latin, artinya tulang berlubang. Ada dua jenis osteoporosis yakni; osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer berkaitan dengan usia dan jenis kelamin penderita. Dengan kata lain, berkaitan dengan hormon. Seperti kasus wanita menopause, misalnya. Osteoporosis yang disebabkan menurunnya jumlah hormon estrogen. Sedangkan Osteoporosis sekunder terjadi akibat penyakit kronis lain seperti gangguan hati (lever), diabetes melitus, gangguan hormon, dll.

Pencegahan terhadap osteoporosis dapat dilakukan dengan mempertahankan kepadatan tulang dengan mencukupi asupan kalsium dan vitamin D, tidak mengonsumsi alkohol, kopi dan juga tidak merokok. Jika memungkinkan, sesekali tulang perlu terkena sinar matahari karena sinar matahari adalah merupakan sumber vitamin D alami yang dibutuhkan tubuh untuk mengantarkan kalsium ke tulang.

Jangan Biarkan Nyeri Sendi Menganggu

Glucosamine adalah gula amino yang diproduksi oleh tubuh, merupakan bentuk karbohidrat yang terdapat dalam jaringan ikat. Penelitian telah membuktikan bahwa mengonsumsi Glucosamine dapat membantu menjaga kelenturan sendi, memperbaiki jaringan kartilago dan mengurangi rasa nyeri.

Dengan fungsi membantu tubuh membentuk jaringan ikat, pembentukan ligamen, kartilago dan tendon maka dampak ostoarthritis dapat dikurangi.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan Glucosamine sulphate, Chondroitin dan Methyl Sulfonyl Methane (MSM), dapat mengurangi rasa sakit dan memperbaiki pergerakan sendi.

Sumber : http://www.hd.co.id/info-medis/nyeri-sendi-pasca-menopause

MSM – Kebutuhan Tinggi untuk Osteoarthritis

Prof. Dr. Chehab Rukni Hilmy SpOT, suatu hari mengalami nyeri pada lututnya sehingga mengganggu aktivitasnya saat melakukan ibadah. Ia segera mengonsumsi preparat yang mengandung glukosamin dan kondroitin untuk meredakan keluhannya. “Tidak berapa lama, kurang lebih dua minggu, terasa perbaikan pada lutut dan tidak mengganggu lagi saat menunaikan aktivitas ibadah,” kata Guru Besar FKUI ini .

Chehab mengemukakan pengalamannya saat menjadi pembicara pada simposium The Arthritis Cure Have We Arrive to The Solution of The Problem dalam rangkaian acara The Indonesian Socienty for Sport Surgery, Surgery of The Knee and Arthroscopy, tanggal 1-3 Desember 2005 lalu, di Hotel Intercontinental, Jimbaran, Bali.

Nyeri sendi, seperti yang dialami Chehab, merupakan salah satu tanda penyakit osteoarthritis, penyakit sendi degeneratif akibat adanya kemunduran tulang rawan sendi (kartilago) dan tulang sekitarnya, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan sendi. Penyakit ini menyerang orang yang mulai berusia lanjut dan pria dapat terkena penyakit ini pada usia yang lebih muda dibandingkan wanita.

Preparat yang dikonsumsi Chehab, glukosamin dan kondroitin dalam berbagai penelitian terbukti dapat meringankam nyeri sendi akibat osteoarthritis. Di Amerika, sediaan ini tersedia over the counter hingga masyarakat dapat membeli obat ini secara bebas untuk meredakan osteoarthritis. “Kebanyakan dokter negara-negara Eropa juga juga meresepkan glukosamin-kondroitin untuk pasien osteoarthritis,” tegas Dr. Nicolaas Budi Parama, SpOT yang bertindak sebagai moderator pada acara yang dihadiri oleh lebih dari seratus peserta dokter orthopedik dari dalam dan luar negeri ini.

Nah, selain glukosamin-kondroitin, Methyl Sulfonyl Methane (MSM) juga diperlukan untuk terapi osteoarthritis. Zat ini mulai digunakan sejak tahun 1990. Kenapa senyawa ini begitu penting? Zat ini sebenarnya merupakan komponen alami yang secara normal terdapat di makanan yang sehari-hari dimakan. Studi tentang MSM pada osteoarthritis memang tidak sebanyak studi glukosamin-kondroitin, namun ada beberapa yang patut dicatat.

Sebuah studi yang dipublikasi tahun 2004 membuktikan bahwa MSM memiliki banyak keuntungan untuk penanganan penyakit sendi ini, dan bahkan dapat meningkatkan efektifitas glukosamin. Penelitian double-blind, dengan menggunakan control placebo pada 118 orang penderita, diberikan 4 macam kombinasi perlakuan obat, yaitu pemberian glukosamin, MSM, kombinasi keduanya, dan plasebo. Hasilnya, kombinasi MSM dan glukosamin ternyata lebih efektif dibanding pemberian obat ini secara terpisah.

Dengan berbagai keuntungan itu, MSM akan memberikan manfaat yang lebih tinggi pada terapi ostearthritis. Jadi, produk yang mengandung MSM cukup tinggi dapat dijadikan pilihan terapi. Dosis MSM yang dibutuhkan untuk terapi berkisar antara 1.500 mg hingga 10.000 mg per hari.

Sumber : http://www.majalah-farmacia.com